Selasa, 03 Desember 2013

puisi lingkungan



NESTAPA SEMESTA
Karya Nur Riska A.S

Dulu, dayungan angin selalu menyapaku
Sang Mentari selalu menampakkan dirinya di balik awan
Embun pagi yang menetes, memberiku seteguk semangat
Dedaunan yang basah terus menyambutku dengan senyuman

            Tapi kini, langit seakan berkhianat
            Mengubah biru cerah menjadi warna kelabu
            Membuat tanah yang retak merindu pada bening air
            Mengubah hijau daun menjadi batang yang rata akan tanah

Perlahan kurasakan sesuatu yang mulai lepas dan hilang
Hutan yang kehilangan satu persatu rantingnya
Ranting yang mulai menjatuhkan hijau daunnya
Dedaunan yang perlahan mulai melepas dahannnya

            Kini, kicauan merdu burung-burung dipagi hari tak terdengar lagi
            Rumpt-rumput liar yang bergoyang seakan mati
            Kupu-kupu yang elok tak terlihat lagi
            Bunga yang indahpun kini warnanya telah memudar




Seakan tak kuasa menahan nestapa semesta
Tangisan langit menjadi gumpalan air yang menyakitkan
Kemarahan gunung yang memompa abu bersama batu panasnya
Itulah kesedihan langit dan bumi yang telah disaksikan milyaran mata manusia

            Namun, tak kunjung perduli pula hati nurani
            Seakan yang terjadi hanyalah angin lalu semata
            Membiarkan sungai tetap terlihat suram
            Membiarkan hutan tetap terlihat hampa

Dimana mentari pagi yang hangat itu?
Dimana hijau daun yang selalu melambai?
Tak rindukah kau pada sejuknya pagi?
Atau pada merdunya lagu burung di pagi hari?

            Apa salahnya membuat tangan kotor karena tanah
            Untuk menemukan indahnya hijau daun
            Apa salahnya membuat kaki lelah berjalan
\           untuk menemukan sungai nan bening

Hanya hati nurani yang mampu mengubahnya
Mengapa tak  bisa untuk dilakukan bersama-sama
Bangunlah, bangkitlah dari keburukan hidup
Ciptakan hidup yang penuh warna alam
Hentikan luka duka nestapa alam semesta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar